Anemia dan kontrasepsi oral pada kasus stroke iskemik

Ketika stroke terjadi pada individu yang lebih muda, kita perlu mencari faktor risiko lain, seperti diseksi karotis, malformasi Arterivena, koagulopati, gangguan jaringan ikat, penggunaan Oral kontrasepsi dan anemia. 

Anemia merupakan masalah umum terutama pada wanita yang lebih muda, yang harus ditangani sebagai faktor risiko stroke. Dalam beberapa kasus, transfusi sebagai terapi anemia adalah hal yang dapat menyelamatkan hidup pasien dan mencegahnya dari kemungkinan stroke iskemik berulang. 

Anemia defisiensi besi telah dikaitkan dengan penyakit serebrovaskular dalam tiga kondisi. 
Pertama, telah ditemukan pada pasien dengan trombosis sinus vena atau trombosis vena retina sentral, mungkin karena trombositosis sekunder. 
Kedua, anemia berat dapat menyebabkan defisit fokal reversibel karena hipoksia, yang bisa terjadi pada pasien dengan penyakit aterosklerotik yang parah. 
Ketiga, anemia telah dikaitkan dengan infark serebral,  karena pembentukan trombus atau karena hipoksia
Kekurangan zat besi menurunkan jumlah hemoglobin, yang akibatnya menurunkan jumlah oksigen dalam darah yang mengakibatkan penurunan oksigen ke otak.


Pemeriksaan neuroimejing dengan MRI sekuens DWI dapat menunjukkan lesi hiperintens di teritori arteri yang terkena. ADC yang mengkonfirmasi infark akut. MRAuntuk menyingkirkan kelainan anatomis pembuluh darah seperti diseksi karotis

Bagaimana dengan penggunaan kontrasepsi oral?

Organisasi Kesehatan Dunia WHO melaporkan sedikit peningkatan risiko stroke hemoragik secara keseluruhan (baik intraserebral dan subarachnoid) dengan penggunaan kontrasepsi oral.

Dampak penggunaan kontrasepsi oral pada hipertensi sebagai faktor risiko stroke yang penting, dan parameter hemodinamik lainnya agak kontroversial. Sebuah studi tentang tekanan darah dan pengukuran hemodinamik pada wanita muda (usia rata-rata 20 tahun) di Inggris (Studi ENIGMA) menunjukkan bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi oral memiliki tekanan darah sistolik yang marginal tetapi secara signifikan lebih tinggi.

Pada guideline AHA ASA 2021, Penggunaan agen kontrasepsi oral dengan estrogen eksogen pada perempuan dengan migrain, terutama bila pasien perokok aktif, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko stroke dalam banyak penelitian. Meskipun kualitas penelitian tersebut rendah. Berdasarkan data ini , menghindari agen kontrasepsi oral dengan estrogen eksogen pada wanita dengan migrain dengan aura dan riwayat stroke iskemik sebelumnya merupakan hal yang dapat dilakukan.

AHA/ASA guideline 2014 tentang stroke pada perempuan memberikan panduan sebagai berikut: 
 
- kontrasepsi oral mungkin berbahaya pada wanita dengan faktor risiko tambahan (misalnya, merokok, kejadian tromboemboli sebelumnya) (Kelas III; Tingkat Bukti B). 

- Pada pengguna kontrasepsi oral, terapi agresif faktor risiko stroke mungkin berguna (Kelas IIb; Tingkat Bukti C).2

- Skrining rutin untuk mutasi protrombotik sebelum memulai kontrasepsi hormonal tidak berguna (Kelas III; Tingkat Bukti A).

- Pengukuran tekanan darah sebelum memulai kontrasepsi hormonal dianjurkan (Kelas I; Tingkat Bukti B). 


Bahan bacaan:
- https://www.hindawi.com/journals/crinm/2012/487080/
- https://www.ahajournals.org/doi/full/10.1161/01.str.0000442009.06663.48
- https://www.ahajournals.org/doi/pdf/10.1161/STR.0000000000000375

Komentar

Postingan Populer