TIA

Definisi
Transient Ischemic Attack (TIA) adalah episode disfungsi neurologis fokal yang disebabkan oleh iskemia otak, medula spinalis, atau retina, tanpa adanya infark jaringan yang dapat dibuktikan secara neuroimaging.
Menurut AHA/ASA (2021), TIA dibedakan dari stroke iskemik berdasarkan tidak ditemukannya lesi infark pada pencitraan (MRI DWI negatif) dan gejala yang pulih dalam waktu <24 jam, biasanya <1 jam.

TIA sering disebut sebagai "warning stroke", karena sekitar 10–20% pasien TIA akan mengalami stroke iskemik dalam 90 hari, dengan risiko tertinggi dalam 48 jam pertama. Oleh karena itu, TIA merupakan kegawatdaruratan neurologis yang memerlukan evaluasi dan intervensi segera.
EPIDEMIOLOGI

Insidensi TIA di negara maju berkisar 50–100 kasus per 100.000 penduduk per tahun.

Sekitar 15% dari seluruh stroke iskemik didahului oleh TIA.

Risiko stroke pasca TIA:

2 hari: 5–10%

7 hari: 10–12%

90 hari: hingga 20%

Faktor risiko utama: hipertensi, diabetes melitus, dislipidemia, fibrilasi atrium, stenosis karotis, dan merokok.

Di Indonesia, data RISKESDAS menunjukkan peningkatan kejadian TIA sejalan dengan tingginya prevalensi hipertensi dan faktor risiko vaskular lainnya

ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI

TIA disebabkan oleh iskemia sementara tanpa nekrosis jaringan otak. Mekanismenya mirip dengan stroke iskemik, meliputi:

Aterotrombotik

Plak ateroma di arteri karotis atau vertebrobasiler menyebabkan emboli mikro ke sirkulasi otak.

TIA karotis → gejala hemisferik kontralateral (hemiparesis, afasia).

TIA vertebrobasiler → gejala batang otak (vertigo, diplopia, ataksia).

Kardioembolik
- Fibrilasi atrium, penyakit katup, infark miokard.
- Embolus dilepaskan ke arteri serebral, menyebabkan oklusi sementara.

Lacunar (small vessel disease)
Oklusi arteri penetran kecil akibat lipohialinosis. Gejala klinis dapat defisit motorik atau sensorik murni yang singkat.

Hematologik / Diseksi Arteri Servikal
Hiperkoagulabilitas, diseksi arteri karotis/vertebral, atau vasospasme

RENCANA DIAGNOSIS
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
- Onset cepat, gejala fokal, durasi <1 jam.
- Riwayat faktor risiko vaskular dan penyakit jantung.
- Pemeriksaan neurologis lengkap dan vital sign.
- Skor Risiko Awal
ABCD2 Score untuk menilai risiko stroke setelah TIA

Risiko tinggi jika ≥4 (rawat dan evaluasi segera).


RENCANA TERAPI
Tujuan Terapi
- Mencegah stroke iskemik berulang.
- Mengontrol faktor risiko vaskular.
- Menentukan etiologi dan memberikan terapi spesifik.

Pemeriksaan tambahan 
- Evaluasi segera (<24 jam) MRI DWI/CT kepala non-kontras.
- Pemeriksaan vaskular karotis/vertebrobasiler.

Antiplatelet therapy:
- Asam asetil salisilat (ASA) 160–325 mg loading dose, lalu 75–100 mg/hari.
- Alternatif: Clopidogrel 75 mg/hari atau kombinasi DAPT (ASA + Clopidogrel) selama 21 hari pada risiko tinggi (ABCD2 ≥ 4).

Kontrol faktor risiko:
- Tekanan darah, lipid (statin), glukosa, berhenti merokok, dan modifikasi gaya hidup.

EDUKASI PASIEN
-  kontrol rutin: tekanan darah, gula darah, lipid.
- Kepatuhan obat: antiplatelet harus diminum rutin.
- Pola hidup sehat:
Diet rendah garam dan lemak jenuh.
Aktivitas fisik ≥150 menit/minggu.
Tidak merokok atau konsumsi alkohol.
Kenali tanda stroke (BE-FAST):
Balance, Eye, Face drooping, Arm weakness, Speech slurring, Time to call emergency.
Rawat segera jika gejala tersebut berulang

Contoh Vignette 
Seorang laki-laki 63 tahun datang dengan keluhan kelemahan pada sisi kanan tubuh dan bicara pelo selama 20 menit, lalu pulih sempurna. TD 160/90 mmHg, riwayat hipertensi dan DM. CT scan otak dalam batas normal.
Pertanyaan:
Apakah Tatalaksana awal yang paling tepat?
A. Observasi di rumah karena gejala sudah hilang
B. Pemberian asam asetil salaisilat 
C. Pemberian tPA 
D. kontrol rutin seminggu kemudian

Jawaban: B
Penjelasan: Pasien TIA dengan risiko tinggi (ABCD2 ≥ 4) harus mendapat asam asetil salisilat segera 








Komentar

Postingan Populer